Pelatihan Pembuatan Desain Web Flash Di SMKN 1 Pallangga Grafika Makassar

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet melahirkan sebuah media baru yaitu , dimana semakin lama semakin berkembang dan dimanfaatkan dalam setiap bidang kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Sebagai sebuah media memiliki berbagai fasilitas sebagai sebuah website pribadi maupun institusi. Web merupakan sarana penyampaian informasi secara online yang memiliki fasilitas dasar internet yang mampu menembus batasan ruang dan waktu. Di tengah pesatnya perkembangan dunia yang penuh persaingan, informasi merupakan bagian yang sangat penting dan tak terpisahkan dari komponen pendidikan. Penyampaian informasi yang cepat, tepat dan mudah akan sangat mendukung kegiatan pendidikan di instansi-instansi terkait.
Di dunia pendidikan terutama tenaga pendidik adalah upaya untuk senantiasa meng-update kompetensi mereka. Salah satu alternatif dalam pengembangan kompetensi dan kualitas diri adalah melalui pemanfaatan media internet dengan membuat , karena web adalah media yang sangat interaktif, media yang sangat dinamis untuk menambah wawasan sekaligus untuk eksistensi diri, pengembangan diri, dan menjadikan setiap individu dapat belajar mandiri sejak dini, karena jika bukan sekarang kapan lagi kita melakukan kegiatan pengembangan ini, sehingga bangsa dan Negara Indonesia dapat melahirkan generasi-generasi muda yang berkompeten khususnya dibidang desain web animasi flash pendididkan.



Untuk daerah Makassar ini, pemanfaatan sebagai sarana pembelajaran dan peningkatan kompetensi masih sangat kurang. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelusuran yang telah kami lakukan melalui search engine, dan mailing list (milis). Sebagian besar member berasal dari kalangan mahasiswa, kalaupun ada dari kalangan guru, kebanyakan adalah pengajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolahnya. Padahal dapat berfungsi sebagai sarana pembelajaran online (e-learning). Selain itu, di dalam sebuah halaman Web, animasi ini bisa digabungkan dengan informasi lainnya dengan menggunakan teknik penyuntingan HTML, JAVA, VRML, animasi GIF, Shockwave maupun Flash.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka kami berinisiatif untuk mengadakan sebuah pelatihan pembuatan desain web flash pendidikan. Pelatihan ini merupakan pelatihan teoritis dan praktis dalam merancang sebuah web menarik, unik dan aplikatif dengan tema pendidikan. Materi pelatihan akan mencakup pengantar animasi, rancangan animasi dan desain fisik web flash.
Category: 0 komentar

Batasan Pendidikan dan Pelatihan

A. Batasan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunanaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusiatau organisasi, biasanya disatukan menjad diklat(pendidikan dan pelatihan).Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan guru, disebut Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi, secara konsep dapat dikenal sebagai berikut:
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkancalon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan pelatihan guru yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan, sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum.Pelatihan pada umumnya menekankan kepada kemampuan psikomotor, meskipun didasari oleh pengetahuan dan sikap, sedangkan pendidikan ketiga area kemampuan tersebut(kognitifafektif, dan psikomotor) memperoleh perhatian yang seimbang, terutama pendidikan yang masih bersifat umum.
Suatu perusahaan atau organisasi yang bergerak dibidang perdagangan maupun jasa baik besar atau kecil mempunyai ciri-ciri yang membedakannya yaitu dalam kegiatan manajerial dan operasionalnya, dimana semakin besar dan berkembangnya suatu perusahaan dibutuhkan suatu penanganan baik kegiatan manajerial maupun operasional yang tepat dan mantap dari sebelumnya.




Tabel
Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan Pelatihan
1. Pengembangan Kemampuan Menyeluruh
(overall) Mengkhususkan
(specific)
2. Area Kemampuan (penekanan) Kognitif,afektif,psychomotor Psikomotor dan keterampilan
3. Jangka waktu pelaksanaan Panjang ( long term) Pendek
(short term)
4. Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
5. Penekanan penggunaan metode belajar mengajar Konventional Inconventional
(interaktif)
6. Penghargaan akhir proses Gelar (degree) Sertifikat
(non-degree)


B. Pentingnya Pendidikan dan Pelatihan Bagi Guru
Pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Oleh karena itu, setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka pendidikan dan pelatihan bagi guru harus memperoleh perhatian yang besar. Pentingnya program pendidikan dan pelatihan bagi suatu organisasi sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia atau dalam hal ini guru, yang menduduki suatu jabatan tertentu, mempunyai kemampuan yang sesuai engan persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tersebut.
b. Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu instansi pendidikan.
c. Di dalam masa pembangunan ini instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para guru, agar diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan,

Pentingnya pendidikan dan pelatihan, seperti diuraikan diatas, bukanlah semata-mata ermanfaat bagi guru/pegawai yang bersangkutan, ,melainkan kentungan bagi instansi. Karena dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan para guru, meningkatkan produktivitas kerja guru.
C. Menetapkan Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan pada hakekatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatiahan tersebut. Karena tujuan pelatihan ini adalah perubahan kemampuan adalah perubahan kemampuan adalah merupakan bagian dari perilaku, maka tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk perilaku, maka tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk perilaku (behavior objectives). Misalnya, setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat melakukan pencatatan dan pelaporan secara benar. Dasar untuk menyusun tujuan pelatihan ini adalah hasil dari analisis kebutuhan pelatihan yang telah dilakukan. Biasanya tujuan pelatihan dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Tujuan umum, yakni rumusan tentang kemampuan umum yang akan dicapai oleh pelatihan tersebut.
b. Tujuan khusus, yakni rincian kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan umum ke dalam kemampuan khusus.

D. Persiapan Pelaksanaan Diklat
Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan, yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan administrasi, yaitu:
1. Menyusun silabus dan jadwal diklat (penjabaran kurikulum kedalam kegiatan pembelajaran ).
2. Pemangilan dan seleksi peserta.
3. Menghubungi para pengajar atau pelatih
4. Penyusunan materi pelatihan, serta penyediaan bahan-bahan referensi.
5. Penyiapan tempat,akomodasi peserta (bila perlu), dan sebagainya.

E. Jenis Dan Metoda Pelatihan
Pelatihan bagi para Guru atau pegawai disuatu instansi-instansi, biasanya dikelompokkan menjadi 2, yakni pelatihan sebelum menjalankan tugas atau pekerjaan (pre-service training), dan pelatihan setelah menjalankan tugas (In service training).
a. Pre-service Training
Sebelum karyawan menjalankan tugasanya atau pekerjaannya, karyawan tersebut harus menjalani pelatihan yang biasanya disebut pelatihan pra jabatan atau “pre-service training”. Oleh karena itu,pelatihan ini diikuti oleh para pegawai baru atau calon pegawai baru disuatu instansi-instansi pendidikan.Tujuan pelatihan ini, utamanya memberikan wawasan kepada para pegawai baru atau calon pegawai baru tersebut terhadap instansi-instansi tempat mereka bekerja.
b. In-service Training
Pelatihan ini ditujukan kepada Guru yang sudah bekerja diberbagai unit atau devisi dari suatu instansi-instansi, oleh sebab itu disebut pelatihan dalam jabatan atau “In-service training”. Tujuan pelatihan ini, adalah untuk meningkatkan kinerja Guru yang bersangkutan.Dilihat dari cara pendekatan yang digunakan, pelatihan dalam jabatan ini dibedakan menjadi dua, yakni: pelatihan di luar tugas (off the job training) dan pelatihan di dalam tugas (off the job training) dan pelatihan didalam tugas (on the job training).





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah ini kami dapat menyimpulkn bahwa Pengelolaan data peserta diklat tersebut yang di kelola oleh bagian data dan informasi ini memerlukan sistem informasi yang dibantu oleh komputer yaitu berupa tujuan pendiklatan karena pada dasarnya, di pelatihan ini sudah cukup untuk mengukur tingkat profesionalan setiap Guru. Oleh sebab itu penulis ingin menangani masalah tersebut, sehingga pengelolaan data akan menjadi lebih efektif, efisien serta akurat.
Keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi – kondisi fisiologis-fisikal dan pisiologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh pendiklatan yang disediakan oleh pemerintah. Jika sebuah instansi/pemerintah melaksanakan tindakan – tindakan keselamatan yang efektif, maka tidak akan ada lagi kecelakaan dalam pendiklatan guru itu sendiri, hal ini akan lebih mempercepat kesejahtraan seorang peserta diklat yang nantinya juga berimbas pada hasil – hasil produksi dari lembaga pendidikan ini
Peranan departemen pendidikan merupakan peranan yang sangat vital dalam perusahaan, departemen inilah yang merencanakan program-program pendidikan pada setiap peserta diklat sampi dangan pelaksanaannya.



2. SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :
Pendiklatan dalam hal ini instansi pendidikan harus merencanakan atau membuat program yang berkesinambungan mengenai peserta diklat ini. Lembaga pendidikan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan terjadi kecelakaan pada saat proses belajar dikelas sedang berlangsung.
Kecelakaan pada saat proses belajar-mengajar merupakan resiko, dimana bagian dari pekerjaan, untuk itu lembaga pendidikan hendaknya mencegah dalam hal ini melakukan perlindungan berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan kepada peserta diklat/guru. Proteksi atau perlindungan guru merupakan keharusan bagi sebuah lembaga pendidikan.
Sehingga, dengan demikian guru/pendidik yang belum pernah mengikuti proses pendiklatan ini dapat ikut andil dalam mencapai keeektifannya sebagai guru yang professional.







DAFTAR PUSTAKA

 www.google.com, mengenai pendiklatan guru TK
 Buku manajemen system pelatihan,
 Pendidikan dan latihan guru.com
Category: 1 komentar

Universitas Perempuan Pertama di Indonesia Diresmikan

Universitas Perempuan Pertama di Indonesia Diresmikan

Antara - Sabtu, 8 Mei
Universitas Perempuan Pertama di Indonesia Diresmikan
Bandung (ANTARA) - Universitas perempuan pertama di Indonesia yakni Univeristas Wanita Internasional, diresmikan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Linda Amalia Sari Gumelar SIp.
Peresmian universitas tersebut dilakukan juga digelar Seminar Internasional Indonesia Malaysia dengan tema "Peran Media Massa dalam Pemilu", di Hotel Anggrek Jalan RE Martadinata Bandung, Jumat pagi.
Rektor Universitas Wanita Internasional, Sri Redjeki Sumaryoto SH, menuturkan, tujuan diresmikannya universitas perempuan pertama di Indonesia tersebut ialah untuk menyiapkan wanita-wanita Indonesia yang berkualitas.
"Kami berkomitmen untuk meningkatkan jumlah perempuan yang berkualitas tidak hanya dilembaga legislatif saja, tapi disemua sektor entah di LSM, eksekutif dan lembaga-lembaga lainnya," ujar Sri Redjeki.
Ia menjelaskan, visi dari Univeristas Wanita Internasional ialah untuk menghasilkan lulusan wanita yang menjadi profesional dan dapat menghasilkan "income generating" dan "employment genering."
Menurutnya, sesuai dengan ketetapan MPR dijelaskan bahwa untuk memajukan kualitas perempuan Indonesia bisa dicapai dengan keterwakilan kaum perempuan di berbagai bidang harus mencapai kuota sebesar 30 persen.
Hal tersebut, kata Sri Redjeki, baru bisa direalisasikan di lembaga legislatif sedangkan lembaga lainnya masih belum bisa merealisasikan.
"Untuk eksekutif memang sudah tercapai, tapi bidang lainnya seperti Kadin, keterwakilan kaum perempuan di Kadin masih belum terealisasikan. Dari 10 anggota Kadin pemegang keputusan paling hanya satu perempuannya," ujarnya.
Pihaknya berharap, kehadiran Univeristas Wanita Internasional ini bisa memenuhi keterwakilan kaum perempuan di berbagai bidang.
Ia menambahkan, meski bernama Universitas Wanita Internasional, bukan berarti kaum laki-laku tidak boleh berkuliah di universitas ini.
"Ngak juga, univeristas ini juga bisa untuk kaum laki-laki," katanya.
Universitas Wanita Internasional terletak di Jalan Kartini No10 Bandung dan Jalan Van Devender No14 Bandung.
Sementara itu, program pendidikan akademik di univertisa tersebut adalah program sarjana (S1) Fakultas Sains dan Teknologi serta S1 Fakultas Ilmu Komunikasi dan Sosial.
Category: 0 komentar

Perlukah pemimpin yang memiliki pendidikan lebih tinggi

Andi Muhammad Taslim
074 104 050
M.K. Pengantar Soiologi


Perlukah pemimpin yang memiliki pendidikan yang cukup baik dibidang yang dipimpin atau dimasukinya??
Menurut saya, tidak Perlu karena seorang pemimpin dalam mengelola oraganisasinya cukup mengetahui tindakan-tindakan apa yang mesti dia lakukan terlebih dahulu, dan dimana jiwa kepemimpinan yang harus diperhatikan serta dipahami matang-matang yang dapat dilihat dari panjelasan (siagian, 1997) tipologi kepemimpinan yang dia kelolanya itu pada suatu organisasi tertentu. Yang mana Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang agar bisa memimpin bawahannya di dalam suatu organisasi dan mencapai tujuan bersama. Apabila disuatu organisasi tidak memiliki pemimpin, maka apa yang akan terjadi? ya, tentu saja setiap orang yang tergabung dalam organisasi tersebut akan merasa memiliki kekuasaan untuk memerintah atau merasa memiliki kedudukan yang tertinggi dan bisa dipastikan tujuan yang akan dicapai tidak akan terpenuhi.

Jika dilihat dari sejarah, kepemimpina itu ada sejak dulu, sejek nenek moyang kita menjalin kerja sama antar manusia, sejak terjalinnya usaha bersama untuk mencapai kebutuhan bersama dan sejak saat itulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan. Tapi dapat dilihat dari kenyataan yang ada pada saat ini, banyak seorang pemimpin yang salah menggunakan jabatannya dan banyak juga seorang pemimpin tetapi tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan itu mungkin saja ada apabila seseorang memiliki kewibaawaan, kepercayaan diri, kecerdasaan, bertanggung jawab, bisa mengerti karakteristik dari bawahannya dan bisa mendengarkan masukan dari siapa saja.

Jiwa kepemimpinan juga bisa dilihat dari tipologi kepemimpinan(Siagian,1997), yaitu :

Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.

Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.

Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
Jadi kesimpulannya, kepemimpinan setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup. Yang berarti setiap orang berhak dan bisa menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
Solusinya, untuk dapat menjadi pemimpin, minimallah menjadi figure pemimpin diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar, agar selalu berperilaku jujur, membangun diri dengan sifat-sifat luhur, ajarkan budaya malu, disiplin, respect to others, rajin membaca yang belajar, generasi ini yang akan menggantikan 'ilalang-ilalang' negeri ini, kita babatpun masih akan tumbuh. Kecuali munculnya generasi-generasi yang punya intelegensia, religi, pembelajar yang melandasi mindset kejujuran, nurani bersih, takut pada TuhanNya, cinta kasih pada sesama, dan memanusiakan dirinya serta lingkungannya, bangsa dan negaranya, Amiin..
Category: 1 komentar

Ciri Khas Perilaku Belajar

1. Ciri Khas Perilaku Belajar
Perilaku belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran itu sendiri. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.



Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) :
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain :

a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.



c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.











2. Perwujudan Perilaku budaya belajar
Sebagaimana kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senantiasa melekat pada kehidupan masyarakat. Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni : a) sistem pengetahuan budaya belajar; b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan budaya belajar melalui lingkungan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan pengetahuannya belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.
Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni : a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial. Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman dalam pengetahauan pembelajaran yang penting. b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun pendidikan di sekolah. c) pengetahuan juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi budaya dimasa depan. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Dengan demikian dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar, maka dalam nilai budaya belajar juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai pengkategorian.




1. Bidang Materi budaya belajar
Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat yakni :
1. Materi belajar sistem kepercayaan dan religi
Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar sistem kepercayaan dan religi, yakni:
a. Emosi Keagamaan
b. Sistem keyakinan
c. Sistem ritus/ritual dan upacara keagamaan
d. Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat yang khusus
e. Ummat beragama

2. Materi belajar sistem Organisasi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk berkelompok bukan karena insting semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya, yakni a) organisasi simbiotik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis dan organisasi sosial, yang berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.








Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek stuktur.berkenaan dengan fungsi suatu organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan bermacam materi berikut dengan tingkat kesulitan.dalam pencapain ketertiban diperlakukan sejumlah syarat yang harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan tersebut diterima oleh semua anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan individu untuk mematuhi aturan yang ada; (c)adanya koordinasi antarlapisan masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan masyarakat itu berkerja di berbagai bidang kehidupan dapat terjalin dengan harmoni dan saling memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan bidang harus membentuk mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
3. Materi belajar sistem peralatan dan teknologi
Materi sitem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan manusia karena terdesaknya kebutuhan dalam pekerjaanya. Sebagaiman diketahui bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan fisiknya, karean itu mesti ada sesuatu yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan jumlah pekerjaan. Bilamana teknologi dasar sudah ditemukan, maka masyarakat berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi secara perlahan tetapi pasti telah mendorong budaya belajar yang baru, karena pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.












JENIS-JENIS BELAJAR
A. Jenis-Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.



Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah perubahan.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.



Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.



Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan {realitas}, tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu” dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan, didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.
Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi {gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi {universitas}.
semoga uraian di atas dapat menjadi penghubung dalam memahami belajar kaidah-kaidah di dalam menuntut ilmu..
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.


Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Kesadaran akan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e. Menerima hipotesis yang benar.
Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.



B. Prinsip-Prinsip Belajar
Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kea rah keberhasilan. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;
4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya;
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;
9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
10. Belajar adalah proses kontiguitas {hubunagan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain} sehingga mendapatkan pengertian yang diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan;
11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa;
Category: 1 komentar